Sekitar 5.200 orang saling berpelukan dalam kondisi bugil di anak tangga Opera House, Sydney, Senin (1/3/2010), untuk mengikuti sesi pengambilan gambar oleh juru foto kenamaan, Spencer Tunick. Tunick, yang dikenal dengan sensasi foto bugil massal di tempat umum, menggelar sesi pengambilan gambar itu selama 1 jam dalam berbagai posisi. Diberitakan juga bahwa  dalam sesi ini tidak ada unsur seks yang dikedepankan, tetapi lebih ke unsur seni atau komunitas budaya. 


Seni atau komunitas budaya memang selalui dijadikan kambing hitam bagi mereka yang doyan berbugil ria. Dengan alasan ini pula beberapa waktu lalu ratusan pasangan di Jepang rela melakukan ML berjamaah buat cetak rekor dunia. Sungguh dunia ini semakin gila!

Gila, karena masak acara seperti itu dianggap sebagai seni. Seni apaan? Seni mengumbar aurat?! Seni pembangkit syahwat?!  Mungkin itu yang tepat!!!

Seni pembangkit syahwat seperti di atas bukan tidak mungkin akan terjadi di Indonesia. Saya katakan demikian karena pengalaman telah menunjukkan betapa masyarakat kita mudah terpengaruh oleh trend dari luar. Untuk itu mungkin sudah saatnya kita sebagai anak bangsa memikirkan langkah untuk memproteksi segala kemungkinan penyebaran virus semacam.

Seperti kata Bang Napi, waspadalah!!!

Artikel Terkait